Rabu, 26 November 2014

Sedekah Bumi dalam masyarakat Konghucu



Sedekah Bumi dalam Perayaan Cap Go Meh di Klenteng Hok Tek Bio Purwokerto
            KLENTENG Hok Tek Bio Purwokerto yang beralamat di jalan Pemotongan nomor 3 (belakang Pasar Wage) didirikan pada tahun 1831. Berfungsi sebagai tempat peribadatan pemeluk agama Konghucu. Aktifitas pelaksanaan ibadah dilakukan pada setiap tanggal 1 dan 15 Imlek pada setiap bulan. Sedangkan upacara besar dilaksanakan pada setiap tanggal 1 hingga penutupan tahun baru Imlek atau dikenal perayaan Cap Go Meh. Selain itu ada ritual sembahyang arwah umum bulan tujuh, juga ada sembahyang besi kubur atau Cheng Beng.
Biasanya dalam perayaan Cap Go Meh seperti pada Imlek 2560 lalu, diramaikan parade budaya, antara lain berupa arak-arakan barongsai, wushu, musik kenthongan, dan kesenian kuda lumping. Selain parade budaya, arak-arakan tersebut juga membawa tiga buah patung suci berupa Kiem Sien Kongco Hok Tek Tjeng Sin dari Klenteng Hok Tek Bio Purwokerto serta Kiem Sien Kongco Hok Tek Tjeng Sin dan Kiem Sien Dewi Kwan Im dari Klenteng Hok Tek Bio Sokaraja Banyumas.
perayaan Cap Go Meh atau Sembahyang Purnama Raya di hari ke-15 bulan Cia Gwee merupakan penutup rangkaian kegiatan perayaaan Tahun Baru Imlek 2560. Perayaan ini sebagai ucapan syukur etnis Tionghoa dan warga Tri Dharma kepada Tuhan karena, telah memasuki Tahun Baru Imlek 2560. Melalui perayaan ini warga juga memohon keselamatan dan kelancaran rezeki dari Tuhan Yang Mahaesa atas limpahan rezeki dan keselamatan yang diberikan selama ini.
Setiap usai pelaksanaan sembahyang, Sedekah bumi biasanya diaplikasikan dalam bentuk bhakti sosial bagi masyarakat Purwokerto dan sekitarnya, termasuk juga membagikan sejumlah bingkisan kepada anak yatin di panti asuhan.

Sumber : www.tradisikebudayaanjawadalamagamakonghucu.com

Slametan Kematian masyarakat Jawa



Prosesi dan Sajian Selamatan Kematian
  Secara garis besar, tradisi selamatan kematian adalah bentuk pemujaan roh orang yang telah meninggal dengan harapan tetap teljadi hubungan yang "harmonis" antara warga masyarakat yang masih hidup dan roh-roh orang yang telah meninggal. Masam dan urutan selamatan kematian yang tergolong selalu dilaksanakan adalah sebagai beikut :
1.      Geblag atau selamatan setelah penguburan
2.      Nelung dina atau selamatan setelah tiga hari kematian
3.      Mitung dina atau selamatan setelah tujuh hari kematian
4.      Matangpuluh dina atau selamatan setelah 40 hari kematian
5.      Nyatus dina atau selamatan setelah 100 hari kematian
6.      Mendhak sepisan atau selamatan setelah satu tahun kematian
7.      Mendhak pindho atau selamatan setelah dua tahun kematian
8.      Nyewu atau selamatan sete1ah seribu hari kematian

1.      Geblag atau selamatan setelah penguburan
Geblag atau biasanya disebut ngesur tanah merupakan upacara yang diselenggarakan pada saat hari meninggalnya seseorang. Upacara ini diselenggarakan pada sore hari setelah jenazah dikuburkan. Istilah sur tanah atau ngesur tanah berarti menggeser tanah (membuat lubang untuk penguburan mayat). Sajian acara ini berupa : Tumpeng kuwat yang berisi lauk pauk dan Rasulan atau ingkung.
2.       Nelung dina atau selamatan setelah tiga hari kematian
Pelaksanakan selamatan biasanya dilakukan malam hari menjelang hari dan pasaran ke tiga. Dalam kaitan ini orang Jawa berkeyakinan bahwa roh orang yang meninggal masih berada di dalam rumah. Namun roh tersebut sudah tidak berada di tempat tidur lagi. Roh sudah mulai berkeliaran untuk mencari jalan agar dengan mudah meninggalkan rumah dan anggota keluarga. Sajian dalam acara nelung dina terdiri dari :Nasi Saruh tanah yang dibentuk dengan penggelan, laki-laki berjumlah 5 sedangkan perempuan berjumlah 6 atau genap.



3.      Mitung dina atau selamatan setelah tujuh hari kematian
Selamatan mitung dina dimaksudkan untuk penghormatan terhadap roh yang setelah tujuh hari roh mulai keluar dari rumah. Biyasana diadakan juga selametan tahlilan dan yasinan. Selametan ini sajianya hampir sama dengan nelung dina yaitu : nasi saruh tanah, untuk laki-laki :7 dan perempuan : 6. Terkadang disediakan juga rasulan dan tumpeng kuwat setelah acara yasinan.
4.      Matangpuluh dina atau selamatan setelah 40 hari kematian
Tradisi selamatan matangpuluh dina dimaksudkan sebagai upaya untuk mempermudah perjalanan roh menuju ke alam kubur. Selamatan ini sajianya terdiri dari : Rasulan atau ingkung yang berjumlah 1,Tumpeng kuwat 1, ambeng ( nasi buket yang dibentuk bulat diatas tampah) 2. Tompon( nasi yang dipenggel beserta lauk pauknya. serta tumpeng komaran yang berisi lauk pauk, kupat lepet, pisang raja ambon, jajanan pasar(kacang lanthing) yang dilaksanakan setelah yasinan.
5.      Nyatus dina atau selamatan setelah 100 hari kematian
Tradisi selamatan nyatus dina dimaksudkan untuk menyempumakan semua hal yang bersifat badan wadhag. Di alam kubur ini, roh masih sering kembali ke dalam keluarga sampai upacara selamatan tahun pertama (mendhak pisan) dan peringatan tahun kedua (mendhakpindho). Uborampe selamatan nyatus dina dengan sajian matangpuluh terbilang sama yaitu : Rasulan atau ingkung yang berjumlah 1,Tumpeng kuwat 1, ambeng ( nasi buket yang dibentuk bulat diatas tampah) 2. Tompon( nasi yang dipenggel beserta lauk pauknya. serta tumpeng komaran yang berisi lauk pauk, kupat lepet, pisang raja ambon, jajanan pasar(kacang lanthing) yang dilaksanakan setelah yasinan.

6.      Mendhak sepisan atau selamatan setelah satu tahun kematian
Upacara mendhak pisan merupakan upacara yang diselenggarakan ketika orang meninggal pada setahun pertama. Tata cara dan bahan yang diigunakan untuk memperingati seratus hari meninggalnya pada dasarnya sama dengan ketika melakukan peringatan seratus hari. Sajianyapun sama dengan selamatan nyatus dina yaitu : Rasulan atau ingkung yang berjumlah 1,Tumpeng kuwat 1, ambeng ( nasi buket yang dibentuk bulat diatas tampah) 2. Tompon( nasi yang dipenggel beserta lauk pauknya. serta tumpeng komaran yang berisi lauk pauk, kupat lepet, pisang raja ambon, jajanan pasar(kacang lanthing) yang dilaksanakan setelah yasinan.
7.      Mendhak pindho atau selamatan setelah dua tahun kematian
Pada selamatan ini juga dilakukan pengiriman doa dengan eara tahlil dan sajian selamatan. Ubarampe selamatan sarna dengan selamatan sebelumnya yaitu : Rasulan atau ingkung yang berjumlah 1,Tumpeng kuwat 1, ambeng ( nasi buket yang dibentuk bulat diatas tampah) 2. Tompon( nasi yang dipenggel beserta lauk pauknya. serta tumpeng komaran yang berisi lauk pauk, kupat lepet, pisang raja ambon, jajanan pasar(kacang lanthing) yang dilaksanakan setelah yasinan.
8.      Nyewu atau selamatan sete1ah seribu hari kematian
Nyewu boleh dikatakan sebagai puncak dari rangkaian selamatan kematian. Pada saat ini orang Jawa meyakini bahwa roh manusia yang meninggal sudah tidak akan kembali ke tengah-tengah keluarganya lagi. Roh tersebut betul-betul telah akan meninggalkan keluarga untuk menghadap Tuhan. Sajianya sama dengan yang sebelumnya tetapi jiak keluarga mampu maka terkadang pihak keluarga menyembelih kambing untuk melengkapi sajianya.